Novan Herfiyana

Menelusuri Jembatan Citarum Rajamandala

Kliping “Kompas” edisi Senin, 13 Agustus 1979.

Jembatan Citarum lama. Ya, kita menyebutnya begitu. Ini merupakan Jembatan Citarum Rajamandala pada zamannya –zaman kolonial. Dikatakan “lama” karena kini ada Jembatan Citarum Rajamandala “baru” –baru sejak 1979 he he he.

Karena memiliki kliping tentang Jambatan Citarum Rajamandala dari surat kabar “Kompas” edisi Senin, 13 Agustus 1979, saya pun melintasinya –sebetulnya sih bukan hanya karena klpingnya. Ya, bagaimana pun, ini memang salah satu #CeritaKliping yang biasa saya tampilkan dalam blog ini. Agar tulisan ceritanya aktual. Begitulah kira-kira.

Pada Minggu, 6 November 2022, saya melintasi Jambatan Citarum lama. Saya melintasi jalur Jalan Mandalawangi-Haurwangi. Jembatan Citarum lama ini merupakan batas antara Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur. Tentu saja, pada masa lalu –sebelum pemekaran (otonomi daerah)– Kabupaten Bandung Barat ini masih bernama Kabupaten Bandung. Oh ya, meskipun lama, Jembatan Citarum lama ini merupakan versi baru — pada 1986/1987.

Dari arah Kota Bandung, dari Jalan Raya Bandung-Cianjur, perjalanan saya belok kiri ke Jalan Mandalawangi (Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat). Muaranya tetap berada di Jalan Raya Bandung-Cianjur yang sudah merupakan wilayah Kabupaten Cianjur –tentu saja.

Jembatan Citarum Rajamandala lama yang lebarnya hanya cukup untuk satu jalur mobil (plus sepeda motor).

Hmmm…, di Jembatan Citarum lama ini ternyata ada monyet loh. Lucu-lucu.

Saya pun melintasinya. Di depan, juga ada Jembatan Cihea. Lalu, dari kejauhan ke arah utara, ada Jembatan Citarum Rajamandala baru.

Memandang Jembatan Citarum Rajamandala baru dari Jalan Raya Mandalawangi-Haurwangi (Minggu, 6 November 2022).

Akhirnya, dari arah Cianjur, saya langsung pulang melintasi Jembatan Citarum Rajamandala baru yang diresmikan pada 14 Agustus 1979. Saya ingat, di Jembatan Citarum Rajamandala baru ini, dulu di sini kita harus bayar tol.

Inilah kutipan berita “Kompas” edisi Senin, 13 Agustus 1979:

Jembatan Citarum Rajamandala baru yang terletak di Kabupaten Cianjur atau pada 38 km dari Bandung akan diresmikan penggunaannya Selasa besok oleh Presiden Soeharto. Jembatan yang terdiri dari dua lalu lintas itu dimaksudkan untuk menggantikan jembatan lama. Jembatan yang lama itu letaknya 1,5 km sebelah selatan jembatan baru dan hanya terdiri dari 1 lalu lintas saja. Demikian sehingga, apabila ada kendaraan yang berselisihan baik dari arah Bandung maupun dari arah Jakarta, salah satu mesti mengalah.

Seluruhnya, panjang jembatan baru itu 222 meter ditambah 5 km jalan penghubung yang melintas jurang sedalam 90 meter. Dengan adanya satu jembatan baru itu maka lalu lintas yang lewat di situ dapat menyingkat perjalanan sepanjang 2 km.

Mulai dikerjakan pada tahun 1973, desai jembatan Citarum Rajamandala baru dibuat oleh PT Waskita Karya bekerja sama dengan Biro Konsultan Exacta pimpinan Prof. Dr. Ir. Rooseno. Seluruhnya panjang jembatan yang terdiri sekitar 80 meter dari dasar sungai itu, 222 meter. Sedangkan lebarnya 10 meter termasuk dua buah jalan untuk pejalan kaki yang masing-masing panjangnya 1 meter.

Jembatan Citarum lama yang lebarnya hanya 3 meter untuk satu jalur lalu lintas itu merupakan jembatan tua peninggalan Belanda. Selain usianya yang tua, jembatan yang merupakan satu-satunya penghubung lalu lintas Jakarta-Bandung via Puncak itu juga terletak di daerah yang sering longsor. Sedangkan jembatan baru ditempatkan pada lokasi yang keadaan geologinya antara stabil dan labil.

(AKHIRNYA, Jembatan Citarum Rajamandala diresmikan pada Selasa, 14 Agustus 1979. “Kompas” edisi Rabu, 15 Agustus 1979 pun menulis judul: “Presiden Soeharto: Jembatan Tol Citarum Membesarkan Hati”. Pada hari yang sama diresmikan pula sisa tol Jagorawi [seksi Bogor-Ciawi]).

Baca juga:

#CeritaKliping: Kereta Api Banjar-Cijulang (1975).

#CeritaKliping: ?.

Single Post Navigation

Tinggalkan komentar