Novan Herfiyana

Perjalanan Wisata Menelusuri Rute Bandung-Ciwidey-Naringgul-Cidaun

Suasana Pantai Jayanti (Sabtu, 18 Juli 2015).

Maksud hati ingin melakukan perjalanan dari Bandung ke kawasan Pantai Selatan Jawa Barat di Garut melalui jalur Bandung-Pangalengan-Cisewu-Talegong, apa daya terwujud melalui jalur Bandung-Ciwidey-Naringgul-Cidaun. Ya, itulah perjalanan saya pada hari Sabtu, 18 Juli 2015, tepat sepekan yang lalu.

Berangkat dari Kota Bandung pada pukul sepuluh, saya menaiki motor hingga menelusuri Jalan Kopo untuk menuju Banjaran-Pangalengan. Namun, seiring dengan kemacetan Jalan Kopo, saya berpikir ulang apakah akan belok kiri ke Banjaran-Pangalengan ataukah belok kanan ke Soreang-Ciwidey. Akhirnya, saya memilih jalur Soreang-Ciwidey. (Sebetulnya sih bukan hanya Soreang dan Ciwidey, tetapi juga Ranca Bali. Sayang, Ranca Bali tampaknya kurang “dikenal” meskipun beberapa kawasan wisata “legendaris” justru berada di Ranca Bali. Ya, Soreang, Ciwidey, dan Ranca Bali merupakan nama-nama kecamatan di Kabupaten Bandung. Kita menyebutnya jalur Soreang-Ciwidey saja).

O ow, Jalan Soreang-Ciwidey ternyata macet. Banyak wisatawan yang ke arah sini. Jalanan baru lancar ketika saya sudah memasuki kawasan perkebunan teh di Ciwidey-Ranca Bali. Dahulu, saya ingat, di jalur ini terdapat “hanya” ada lima tempat wisata “legendaris” yaitu Kawah Putih (kiri), Ranca Upas (kanan), Cimanggu (kiri), dan Ciwalini (kanan), serta Situ Patenggang. Namun, kini, di antara tempat-tempat wisata itu terdapat destinasi baru. Di dekat lima tempat wisata “legendaris” itu pun sudah terdapat beberapa tempat jual beli sehingga menurut pandangan saya sudah seperti kota. Pokoknya, mirip Punclut sekarang he he he.

Setelah melewati Cimanggu (kiri) dan Ciwalini (kanan), jalan yang kita lalui akan bercabang dua: ke kiri ke Naringgul, sedangkan ke kanan ke Situ Patengan. Nah, tentu saja, saya berjalan ke kiri.

Di sinilah perkebunan teh masih berlangsung. Jalan pun bagus. Beraspal mulus. Perjalanan hingga menuju perbatasan Rancabali Kabupaten Bandung dan kecamatan Naringgul Kabupaten Cianjur. Tampak memasuki kawasan hutan. Lalu persawahan. Hingga akhirnya ada dua kecamatan yang dilalui yaitu Naringgul dan Cidaun.

Kalau diperhatikan, di jalan-jalan ini tidak terdapat SPBU, kecuali satu tempat. Itu pun satu “gentong”. Namun, kira-kira 1-3 kilometer sekali terdapat para penjual bensin eceran. Ada juga bengkel. Tentu saja rumah makan. Jadi, soal perjalanan, relatif nyaman. (Idealnya kita mulai membeli BBM hingga penuh di Jalan Soreang-Ciwidey yang paling akhir. Di kawasan ini terdapat dua SPBU. Namun, saat itu, saya membeli BBM di SPBU Jalan Kopo. Kalau terlambat diisi, ya apa boleh buat, kita membelinya di tempat bensin eceran. Soal harga, tidak jauh berbeda dari SPBU.

Keamanan? Saya kira, aman. Soalnya, selain bukan jalan buntu, setiap jarak 1-3 km terdapat permukiman warga yang dilalui. Namun, kalau malam, saya tidak tahu. Maklum, kalau malam mungkin tidak semua orang ke luar rumah he he he.

Satu hal yang patut dipersiapkan ialah soal kendaraan. Jalurnya bisa dua arah meskipun nge-pas. Bus pun bisa, tetapi untuk bus mini (tiga perempat). Saya sempat melihat, tetapi lupa nama trayeknya. Saya pun sempat berpapasan tiga kali dengan mobil elf bertuliskan Ciwidey-Cidaun. Ada juga truk, semacam Mitsubishi Tiga Berlian. Jalannya selain berkelok-kelok, ada beberapa tanjakan dan turunan curam. Saya sebut curam sekali. Jadi, kendaraan kita mesti siap mengerem he he he.

Pemandangannya asyik. Ada perkebunan teh di Kabupaten Bandung, hutan setelah memasuki Kecamatan Naringgul, dan persawahan. Sayangnya, ketika saya melintas, cuaca sedang kemarau sehingga sungai tampak kering. Sementara air terjun (curug) di pinggir jalan tiada aliran. Kering.

Ketika Cidaun akan berakhir, dari kejauhan tampak laut. Sampailah perjalanan saya menuju persimpangan atau pertigaan Jalan Raya Cidaun. Ke arah kanan akan menuju Sindangbarang-Cianjur. Ada juga Kantor Kecamatan Cidaun dan Kantor Polsek Cidaun. Ke arah kiri, kita akan menuju Pantai Jayanti (4 km) dan Pantai Rancabuaya-Garut (28 km). Saya pun singgah ke Pantai Jayanti dengan tiket Rp 2.000,-

Karena hari sudah sore, saya pun pulang ke arah timur (Garut). Jika diperhatikan, Pantai Rancabuaya lebih jelas di jalan yaitu di persimpangan atau perempatan: ke utara ke Cisewu-Talegong-Pangalengan, ke selatan ke Pantai Rancabuaya, ke barat ke Cianjur (tentu saja ke Pantai Jayanti), dan ke timur ke Garut.

Menjelang sore dan malam, saya melanjutkan perjalanan menuju Garut. Dari Rancabuaya ini, saya menuju Pameungpeuk. Di Pameungpeuk inilah suasana jalan raya mulai ramai, seperti kota. SPBU pun beberapa kali dijumpai.

Wuih, jaraknya jauh juga. Mau ke Pangalengan atau ke Ciwidey sudah malam atau gelap, apa boleh buat, saya pulang menuju Garut. Kalau dipikir-pikir, perjalanan pulang ini menghabiskan waktu 4-5 jam dengan rute: Pameungpeuk-Bayongbong, Bayongbong-Cikajang, Cikajang-Garut Kota, dan Garut Kota-Nagreg. Beruntung, jalan perkebunan/hutan di daerah Garut cukup ramai dengan adanya rombongan touring. Selain itu, lalu lintasnya ramai ibarat jalur Bandung-Pangandaran. Kalau hari masih siang atau terang, tentu saya memilih Ciwidey atau Pangalengan saja yang menghabiskan waktu 2-3 jam, di luar jalanan macet di Kota Bandung.

Sebagai catatan, perjalanan dari Cidaun menuju Rancabuaya dan Pameungpeuk, kita disodori pemandangan laut di sisi jalan.

Dari Nagreg ke Bandung, saya sudah biasa dengan jalur Nagreg-Cicalengka-Cileunyi. Tiba di rumah (Bandung) menjelang pukul 11 malam.

Baca juga:

Perjalanan Wisata Menelusuri Rute Bandung-Pangalengan-Talegong-Cisewu-Rancabuaya.

2016: Perjalanan Wisata Menelusuri Bandung-Ciwidey-Naringgul-Cidaun-Rancabuaya-Cisewu-Talegong-Pangalengan-Bandung.

2017: Perjalanan Wisata Bandung-Cipatujah via Pangalengan.

2017: Perjalanan Wisata Bandung-Pangandaran via Pangalengan.

Single Post Navigation

Tinggalkan komentar