Novan Herfiyana

Aspirasi Merah Putih RRI Pro 3 Jakarta dan Yogyakarta

Setelah beberapa hari ditunggu-tunggu, akhirnya tadi malam (maksudnya pagi dini hari 18 Oktober 2011), saya mendengarkan acara “Aspirasi Merah Putih” dari RRI Jakarta dan RRI Yogyakarta. Sebelumnya, saya memperkirakan, mungkin RRI Yogyakarta (yang selalu bersamaan dengan RRI Jakarta) akan mengudara kembali secara nasional ketika “Pernikahan Agung di Kesultanan Yogya” tiba.

Benar, perkiraan saya memang terbukti. Acara dimulai dari RRI Jakarta (jam 00.00 WIB s.d. jam 02.30 WIB) dengan nara sumber Faisal Basri yang membahas “Banjir Jakarta Lima Tahunan” dan dilanjutkan dari RRI Yogyakarta (jam 02.30 WIB s.d. jam 05.00 WIB) yang membahas “Pernikahan Agung Kesultanan Yogya”. Selebihnya, biasa, pada jam 05.00 WIB s.d. jam 06.00 WIB ada acara “Sambung Rasa”. Di pembukaan acara itu selalu diputar lagu “Ke Jakarta” dari Koes Plus (RRI Jakarta) dan lagu “Yogyakarta” dari KLA Project (RRI Yogyakarta). Saya masih ingat, “Aspirasi Merah Putih” dari RRI Yogyakarta sebelum malam tadi yaitu ketika membahas “Keistimewaan DI Yogyakarta”.

Tentu tidak setiap hari saya mendengarkan acara “Aspirasi Merah Putih” secara penuh (selama 5-6 jam) karena saya pun butuh istirahat (tidur). Jadi, tergantung pada tema, apakah menarik atau tidak.

Saya senang mendengarkan acara “Aspirasi Merah Putih” yang biasa disiarkan RRI secara nasional dari berbagai daerah pada jam 00.00 WIB sampai 06.00 WIB. Namun, lebih senang lagi ketika RRI Yogyakarta mengudara. Apa alasannya? Seperti RRI Jakarta, RRI Yogyakarta selalu menyiarkan acara dalam waktu yang lama (2,5 jam). Malah sebelumnya pernah 5 jam. Lebih dari itu, RRI Yogyakarta selalu membuat feature.

Saya sebetulnya menginginkan agar setiap hari, acara “Aspirasi Merah Putih” dihadirkan dua RRI saja, bukan 4 RRI seperti sekarang. Kalaupun 4 RRI, ya dua-dua saja setiap kehadirannya sehingga jam acaranya lebih lama. Jadi, digilir. (Sayang, keinginan saya ini belum disampaikan kepada RRI). Lebih dari itu, sebetulnya saya ingin agar setiap RRI memutar feature yang menjadi ciri khas daerahnya masing-masing, seperti RRI Yogyakarta. Jadi, bukan sekadar membahas tema.

Feature itu dibutuhkan untuk melihat keadaan suatu daerah. Mau contoh? Saya ingin mengetahui keadaan (misalnya) di Papua dan Papua Barat yang “sebenarnya”. Apakah di sana ada mal (mall)? Ada hotel? Ada jalan raya seperti di kota-kota besar, semacam Jakarta? Saya percaya, ada! Tempat wisata pun ada. Namun, mengapa “gambar-gambar” di Papua dan di Papua Barat selalu dipenuhi gambar-gambar hutan rimba?

Single Post Navigation

Tinggalkan komentar